Kisah Kesucian Hati Sumayyah, Seorang Pahlawan Islam yang Tegar

Kisah Kesucian Hati Sumayyah, Seorang Pahlawan Islam yang Tegar

Kesucian hati adalah prasyarat mutlak untuk menerima hidayah dari Allah SWT. Ini tercermin dalam kisah kesucian hati Sumayyah, yang memudahkan dirinya menerima wahyu Ilahi. 

Sumayyah binti Khabath, awalnya seorang hamba sahaya di bawah penguasaan Abu Huzaifah bin Mughirah, kemudian menjadi sosok Muslimah sejati yang sabar dan rela berkorban demi mempertahankan keimanannya.

Pertemuan dengan Yasir: Cinta dan Keberanian


Mekah menjadi saksi perjalanan cinta Sumayyah dan Yasir yang suci, sekaligus cerminan keberanian mereka dalam mencari harapan. 

Pertemuan keduanya terjadi di Makkah saat Yasir dan dua saudaranya, al-Harits dan Malik, sedang berupaya menemukan saudara yang telah lama hilang.

Ketiga pemuda ini melakukan pencarian yang gigih, menjelajahi berbagai kota tanpa hasil. Sampai mereka tiba di Makkah, kabar tentang saudara mereka tetap tidak datang. 

Al-Harits dan Malik akhirnya memutuskan untuk pulang, namun Yasir memilih untuk tinggal di Makkah.

Mengikat Perjanjian: Perlindungan dan Keberkahan

Dalam tradisi Arab, seorang asing yang ingin menetap di suatu tempat harus mengikat perjanjian dengan tokoh terkemuka di wilayah tersebut. 

Ini memberikan perlindungan terhadap gangguan masyarakat yang tidak menyukai kehadiran mereka, serta memungkinkan mereka hidup dengan aman di bawah naungan tokoh tersebut.

Di Makkah, Yasir mengikat perjanjian dengan Abu Huzaifah bin al-Mughirah al-Makhzumi, yang sangat menghargainya karena sifat baik dan latar belakang keluarganya yang terhormat. 

Untuk memperkuat hubungan ini, Abu Huzaifah menikahkan Yasir dengan salah satu budaknya, Sumayyah. 

Pernikahan ini berjalan lancar, dan dari hubungan mereka lahir seorang putra bernama Ammar bin Yasir. Kehadiran Ammar membawa berkah besar, terutama dalam hal keimanan.

Hidayah dari Allah: Sumayyah dan Yasir Masuk Islam

Suatu hari, Ammar pulang dengan berita yang akan mengubah hidup keluarganya. 

Dia membawa kedua orangtuanya bersama dan membacakan ayat suci Al-Quran di depan mereka. Kesucian hati Sumayyah dan Yasir memungkinkan mereka dengan mudah menerima wahyu Allah. 

Dalam waktu singkat, mereka menjadi Muslim. Sumayyah menjadi orang ketujuh yang memeluk Islam pada saat itu, sebelum hijrah.

Mengikuti perintah Allah dengan rahasia, Sumayyah dan keluarganya beribadah di rumah dan gua-gua untuk menghindari pengawasan ketat dari kaum Quraisy. 

Namun, informasi tentang keyakinan mereka tetap tersebar, karena pengawasan ketat oleh musuh-musuh Islam.

Perjuangan Demi Iman: Siksaan dan Kebijaksanaan

Keluarga Sumayyah bukan berasal dari kalangan bangsawan, dan Sumayyah sendiri dulunya adalah seorang budak yang dimerdekakan. 

Status ini membuatnya menjadi target utama para Quraisy yang berusaha memaksanya untuk kembali kepada agama nenek moyang mereka.

Ketika kabar masuknya Sumayyah dan keluarganya ke dalam Islam menyebar, kemarahan kaum Quraisy tak terbendung. 

Mereka datang dengan tekad kuat untuk menyiksa keluarga kecil tersebut. Salah satu tokoh yang paling terkenal dalam penyiksaan tersebut adalah Abu Jahal. 

Dia memimpin Bani Makhzum dalam menganiaya para Muslim, serta mengancam menutup pintu-pintu perdagangan yang mereka jalani.

Meskipun menghadapi siksaan yang mengerikan, Sumayyah tetap tegar dan kokoh dalam menghadapi cobaan tersebut. 

Dia menolak keras ancaman dan perintah untuk meninggalkan keyakinan Islam. 

Penderitaannya berbuah manis ketika kabar dari Rasulullah SAW datang, memberikan jaminan surga bagi Sumayyah dan keluarganya. 

Namun, kebahagiaan datang bersama dengan kematian, ketika Sumayyah dan keluarganya menjadi syuhada pertama dalam sejarah Islam.