Rukun Islam 2 Shalat merupakan pilar paling utama yang menegaskan keislaman seorang muslim. Pada bagian ini penulis Kasyifatussaja memberikan informasi mengenai shalat beserta keunggulannya dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Namun ada baiknya sebelum membaca bagian ini Anda terlebih dahulu membaca rukun sebelumnya yaitu syahadah yang merupakan tiket untuk mendapatkan keabsahan sebagai muslim, yaitu Rukun Islam 1 Syahadah
RUKUN ISLAM 2
Safinah : MENDIRIKAN SHALAT
Shalat merupakan ibadah/penghambaan paling utama dari bagian badan yang dzahir. Setelah itu puasa diikuti haji dan zakat. Kewajiban shalat lebih unggul dari pada kewawjiban yang lain. Begitu pula sunnah shalat adalah sunnah yang paling utama diantara ibadah-ibadah sunnah yang lainnya. Tidak ada rukhsah atau alasan bagi setiap orang untuk bisa meninggalkannya selama dia memiliki akal dan kesadaran.
Adapun ibadah hati seperti iman, makrifat, berfikir, tawakal, sabar, harap, ridha pada ketentuan dan aturan Allah SWT, cinta kepada Allah, taubat, membersihkan jiwa dari kecacatan seperti toma dan seumpamanya adalah lebih utama dari pada ibadah badan yang dzahir bahkan dia lebih utama daripada shalat.
Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa : berfikir sejenak lebih utama dari pada ibadah 60 tahun. Dan diantara semua ibadah baik yang lahir maupun yang bathin, IMAN lah yang paling utama.
SEBUAH FAIDAH
Jumhur ulama mengatakan bahwa arah tafakur itu ada 5;
- Baik dalam ayat-ayat Allah yang mengharuskan adanya tawajjuh/menghadap dengan jelas kepada ayat-ayat tersebut diiringi keyakinan yang sesungguhnya.
- Bertafakur dalam nikmat Allah yang dari situlah terlahir kemegahan cinta.
- Bertafakur dalam segala sesuatu yang dijanjikan Allah dan dari sanalah lahir kerinduan
- Bertafakur dalam ancamaan Allah yang melahirkan rasa takut bila melakukan kesalahan
- Bertafakur tentang diri yang selalu menyepelekan ketaatan dan dengan itulah terlahir rasa malu pada seseorang.
Ahmad bin 'Atoillah: Dari hal yang merupakan tanda-tanda matinya hati adalah tidak merasa sedih pada sesuatu yang ditinggalkannya dari bentuk keta'atan kepada Allah serta tidak merasa menyesal atas keburukan yang dilakukan.
Beliau juga mengatakan bahwa rasa sedih setelah melewatkan suatu bentuk ketaatan dalam satu kesempatan tetapi tidak ada usaha untuk meninggalkan/menghilangkannya dimasa depan maka hal itu merupakan bagian dari tanda-tanda dia sudah tertipu.
SEBUAH FAIDAH
Sebagian ulama mengatakan cinta seorang hamba kepada Allah itu memiliki 10 makna;
- Memiliki keyakinan bahwa Allah itu terpuji dari berbagai aspek dan dengan setiap sifat yang dimilikiNya.
- Meyakini bahwa Dia yang memberikan kebaikan kepada hambaNya, memberikan nikmat dan keutamaan kepada hamba-hambaNya.
- Meyakini bahwa kebaikan yang diberikan Allah kepada hambaNya lebih besar dari pada apa yang bisa dikatakan dan dilakukan kendati yang dilakukan itu sangat baik dan sangat banyak.
- Meyakini bahawa ketentuan dan aturan yang diberikan itu sangat sedikit.
- Menjalani waktu disetiap tahunnya dengan takut menodai perbuatannya serta menegaskan keberadaan dirinya dihadapan Allah dan enggan mengklaim kemulyaan yang telah didapatkan dalam bentuk kemakrifatan dan ketauhidan serta yang lainnya.
- Meyakini bahwa disetiap kesempatan yang dia miliki dan segala harapannya selalu membutuhkan Allah.
- Melanggengkan dzikir mengingat Allah dengan kemampuan terbaik yang dia miliki.
- Selalu semangat menjalankan kewajibannya serta selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah dengan mengamalkan segala bentuk sunnah yang mampu dia lakukan.
- Selalu merasa bahagia atas apa yang dia dengar dari orang lain yang memujiNya serta selalu mendekatkan diri kepadaNya dan selalu bahagia bisa berjihad dijalan Allah baik dengan diri, harta dan anaknya.
- Jika mendengar seseorang berdikir kepada Allah maka dia tidak segan untuk membantunya.
PENGINGAT
Apabila lafadz الزكاة، الصلاة dan الحياة tidak di idlofahkan, maka ditulis dengan wau menurut pendapat yang masyhur karena mengikuti gaya penulisan al-qur'an. Tetapi memang ada sebagian ulama yang menuliskannya dengan alif. Namun apabila di idlofahkan maka wajib menulisnya dengan menggunakan alif. Baik di idlofahkan pada isim dzahir maupun isim dlomir seperti yang pernah disampaikan oleh Ibnu Al-Mulaqin.