Tsauban Simbol Cinta Sejati Kepada Nabi Muhammad SAW

Sejarah perjalanan Nabi Muhammad saw, tidak pernah lekang dari kisah haru, sendu, suka, bahagia, duka dan simbol cinta sejati dari para sahabat Rosulullah SAW.

Rosulullah adalah idola yang namanya tidak akan pernah sirna disepanjang zaman, selama waktu bergulir hingga seluruh kehidupan berganti dari alam fana ke alam kekal dia tetap menjadi makhluk yang senantiasa dimuliakan dan dihormati oleh umatnya.

Banyak sekali kisah mengenai sahabat Rosulullah di masa lalu, yang menyiratkan kecintaan kepada baginda Nabi, hingga sanggup mengorbankan apapun demi panutannya baik dalam pembelaan maupun untuk membangun harapan.

Bisa menjalani kehidupan dan membangun peradaban kemanusiaan bersama Rosulullah saw, adalah nikmat besar yang tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu apapun. Itulah yang diberikan Allah kepada para sahabat Nabi sesuai dengan kehendaknya.

"Kalian harus berpegang kepada sunnahku dan sunnah khulafaaurrasyidiin" pesan ini menandakan bahwa begitu besar peranan sahabat dalam pandangan Rosulullah sehingga mempercayai mereka untuk menjaga kemurnian ajaran yang akan diwariskannya kepada umatnya disepanjang zaman.

Tsauban Simbol Cinta Sejati Kepada Nabi Muhammad SAW

 Tsauban Simbol Cinta Sejati Kepada Nabi Muhammad SAW

Seorang hamba sahaya bernama Tsauban amat menyayangi dan merindui Nabi Muhammad saw. Sehari tidak berjumpa Nabi, dia merasakan seolah setahun tidak berjumpa dengannya. Kalau boleh, dia sangat ingin ada bersama Nabi disepanjang masa.

Jika tidak bertemu dengan Rasulullah, dia akan merasa sangat sedih, murung dan seringkali tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Rasulullah juga demikian terhadap sahabat Tsauban. Baginda Nabipun sangat mengenalnya dan memahami betapa hebatnya rasa cinta Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban menjumpai Rasulullah saw. dan mengungkapkan isi hatinya kepadanya;

"Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, tapi saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan bergembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati saya bertambah cemas, takut-takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, manakala saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau paling membimbangkan tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tentu tidak bersua muka denganmu lagi."

Mendengar curahan hati Tsauban, membuat baginda Nabi amat terharu. Namun baginda Nabi tidak dapat berbuat apa-apa kerana hal itu adalah urusan Allah swt. Tentu saja Allah swt Maha mendengar pada setiap jeritan hati hambanya yang sholeh, apa lagi jeritan hatinya diungkapkan didepan kekasihNya.

Setelah peristiwa curhat itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah saw;

"Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka mereka itu nanti akan bersama mereka yang diberi nikmat oleh Allah iaitu para nabi, syuhada, orang-orang soleh dan mereka yang sebaik-baik teman." 

Kabar ini, seperti hadiah langsung yang diterima Tsauban. Keresahannya kini berganti menjadi kegembiraan, karena ada jaminan yang langsung diberikan oleh Allah swt, bahwa kebersamaannya dengan Baginda Nabi, tidak akan pernah terpisahkan sampai dikehidupan abadi akhirat.

Dari kisah Tsauban ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa;

  1. Cinta kepada Rasulullah adalah cinta sejati yang berlandaskan keimanan yang tulen
  2. Mencintai Rasul bermakna mencintai Allah
  3. Kita bersama siapa yang kita sayangi. Jika di dunia sayangkan nabi, insyallah kita bersama nabi di akhirat nanti
  4. Hati yang dalam kecintaan terhadap seseorang akan merasa rindu yang teramat sangat jika tidak bertemu
  5. Pasangan sahabat yang berjumpa dan berpisah kerana Allah semata-mata akan mendapat naungan Arasy di hari akhirat kelak
  6. Rasulullah amat mengetahui mana-mana umatnya yang mencintai baginda, meskipun baginda sudah wafat.
  7. Rasulullah memberi syafaat kepada sesiapa di antara umatnya yang mengasihi baginda
  8. Sebaik-baik sahabat ialah mereka yang berkawan di atas landasan keagamaan dan semata-mata kerana Allah.

Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita untuk menjalin persahabatan yang tulus, persahabatan yang bisa dibawa sampai dikehidupan akhirat yang abadi. Dan lebih penting dari pada itu, sepatutnya pula kita berharap bisa bersanding dengan Rosulullah diakhirat kelak, untuk itulah, mengamalkan ajaran dan syari'at yang telah diwariskannya menjadi akhlak kita selaku muslim.
Wallahu a'lam bish showab.