Jejak Sejarah Habib Utsman bin Yahya dan Persahabatan Kontroversial
Pernahkah Anda mendengar tentang ulama yang memiliki persahabatan yang mengundang kontroversi dan masih diperdebatkan hingga kini?
Salah satu contohnya adalah Habib Utsman bin Yahya, seorang mufti Betawi yang juga pernah diangkat oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai Honorair adviseur (Penasehat Kehormatan) untuk urusan Arab.
Yang menarik, Habib Utsman juga dikenal sebagai sahabat dari Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang seringkali dikaitkan dengan kepentingan kolonial.
Persahabatan antara Habib Utsman dan Snouck Hurgronje memang tidak lepas dari kontroversi. Banyak kalangan ulama dan cendikiawan yang masih memperdebatkan hubungan mereka hingga hari ini.
Menurut Habib Ismail bin Yahya, Habib Utsman meyakini bahwa Snouck Hurgronje adalah seorang Muslim, keyakinan yang diyakininya hingga akhir hayatnya.
Sementara itu, Snouck Hurgronje terus aktif dengan misinya bahkan setelah Habib Utsman meninggal dunia.
Jejak Kehidupan Habib Utsman
Habib Utsman bin Yahya lahir pada 17 Rabiul Awal 1238 H (1822 M) di Pekojan, Batavia (sekarang Jakarta).
Putra Abdullah bin Aqil, keturunan Hadramaut yang berasal dari Mekkah, dan Aminah, putri Syekh Abdurrahman al-Misri.
Pada usia tiga tahun, ayahnya kembali ke Mekkah, dan Habib Utsman diasuh oleh kakeknya. Pendidikan awalnya didapatkan secara pribadi dari kakeknya, mempelajari agama, bahasa Arab, dan ilmu falak.
Pada usia 18 tahun, setelah kakeknya meninggal, Habib Utsman memutuskan untuk mengembara ke Mekkah.
Di sana, ia tidak hanya menunaikan ibadah haji dan mengunjungi keluarga, tetapi juga menghabiskan waktu selama tujuh tahun untuk memperdalam ilmu. Ia belajar dari ayahnya dan Sayid Ahmad Dahlan, seorang mufti Syafi’i terkenal.
Habib Utsman kemudian melanjutkan perjalanan ilmiahnya ke Hadramaut, Mekkah, Madinah, Mesir, Tunis, Maroko, Aljazair, dan Istanbul.
Di berbagai kota tersebut, ia mempelajari ilmu dari ulama terkemuka dan memperluas wawasan keagamaannya. Setelah perjalanan panjangnya, ia kembali ke Batavia pada 1862 M dan menjadi Mufti Betawi.
Karya dan Pengaruh
Habib Utsman adalah seorang ulama produktif dengan karya-karya yang sangat berpengaruh.
Meskipun jumlah pastinya bervariasi antara 114 hingga 150 karya, karya-karyanya masih diajarkan di berbagai tempat, termasuk Pattani, Thailand.
Karya-karya ini menunjukkan luasnya pengaruh dan keilmuannya, menjadikannya ulama yang dihormati di Asia Tenggara.
Namun, meskipun jejaknya begitu besar, Habib Utsman bin Yahya dikenal sebagai sosok yang enggan dikenang dengan cara-cara konvensional.
Ia pernah berwasiat agar tidak diadakan haul untuknya. Beliau juga tidak banyak diziarahi karena makamnya yang sering dipertanyakan keotentikannya.
Ketika makamnya dipindahkan pada masa Gubernur Ali Sadikin, jenazah Habib Utsman tidak ditemukan meskipun digali sampai kedalaman yang cukup dalam.
Kuburannya akhirnya dipindahkan ke Pemakaman Jeruk Purut dan kemudian ke Kompleks Masjid Abidin di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Kuburan tersebut sekarang lebih dianggap simbolik daripada makam sebenarnya.
Habib Utsman bin Yahya adalah sosok yang kompleks dengan jejak sejarah yang menarik. Dari persahabatan kontroversialnya dengan Snouck Hurgronje hingga perjalanan panjangnya yang memperluas cakrawala keilmuannya, Habib Utsman meninggalkan warisan yang luar biasa.
Walaupun makamnya masih menyisakan misteri, karya dan pengaruhnya tetap hidup dalam ajaran dan tulisan-tulisannya.
Sejarahnya mengajarkan kita tentang bagaimana seseorang dapat meninggalkan jejak yang mendalam dan penuh warna dalam perjalanan hidupnya.