Alasan Memuji Allah SWT Sebelum Segala Sesuatu

Sebagaimana memulai segala seseuatu dengan basmalah itu dianjurkan oleh Rosulullah saw, begitu juga dengan Hamdallah juga dianjurkan oleh Rosulullah saw, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam cara dan derajatnya. langsung saja simak penjelasan dari terjemah syarah safinah berikut ini!

SEGALA PUJIAN BAGI ALLAH TUHAN PENGURUS SELURUH ALAM

ALHAMDU –segala puji- adalah ungkapan pujian dengan ucapan atas keindahan yang jadi pilihan dengan mengarah pada menghormati dan mengagungkan, baik dalam hal nikmat ataupun bukan, dipeuntukan bagi Allah. Ini adalah pujian menurut kebahasaan yang di anjurkan untuk dijadikan permulaan –segala sesuatu-. 

Adapun pujian secara istilah tidak dianjurkan untuk dijadikan sebagai permulaan, pujian –secara istilah ini- adalah plerbuatan yang menunjukan atas kebesaran yang memberikan nikmat dari aspek keberadaannya sebagai pemberi nikmat kepada yang memujinya atau yang lainnya, baik pujian dalam bentuk ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati atau berbuat dengan fisik yang merupakan anggota tubuh.

Alasan memuji Allah swt sebelum segala sesuatu

ROBBI –penyeru- adalah yang memberikan kemaslahatan kepada seluruh alam.
Ketika –penulis kitab safinah- membukanya dengan basmalah secara hakikat maka beliau membuka kembali dengan hamdalah secara penggabungan antara dua hadits basmalah dan hamdalah yang juga mengikuti –sistematika- al-kitab serta mengamalkan hadits Ibnu Majah (no 1894) : ““setiap perkara yang baik tidak dimulai dengan membaca al-hamdu lillah maka ia itu ajdam” dalam satu riwayat “maka ia itu aqtfo” dan dalam satu riwayat “ia itu abtar”:  dan makna dari semuanya adalah di diputuskan keberkahannya, kekurangnya dan sedikitnya keberkahan itu.

An-Nawawi Rohimahullahu ta’ala berkata (didalam kitab al-adzkaar; no: 622) AL-HAMDU disunatkan dalam memulai peulisan buku-buku, begitu pula dalam memulai pengajaran oleh para pengajar, bacaan para santri di hadapan pengajarnya baik itu membaca hadits, fiqih atau yang lainnya. Yang paling bagus dalam mengungkapkan pujian itu adalah AL-HAMDULILLAHI ROBBIL-‘ALAMIIN.

Sebagian ‘ulama syafi’iyyah (didalam kitab al-adzkaar; no: 630) : yang paling utama dari –berbagai bentuk- pujian adalah seseorang mengucapakan; AL-HAMDULILLAH HAMDAN YUWAAFII NI’AMAHU WA YUKAAFI`U MAZIIDAHU (segala puji milik Allah sebagai pujian yang memenuhi seluruh nikmatnya dan menjukupi kelebihannya)

Pernah dikatakan: yang paling utama dari –berbagai bentuk- pujian adalah seseorang mengucapakan; AL-HAMDULILLAH BI JAMII’I MAHAAMIDIHI KULLIHAA MAA ‘ALIMTU MINHA WA MAA LAM A’LAM (segala puji bagi Allah dengan segenap pujian yang aku ketahui dan belum aku ketahui). Sebagian ‘ulama menambahkan ; ‘ADADA KHOLQIHI KULLIHIM, MA ‘ALIMTU MINHUM WA MAA LAM A’LAM (dengan sejumlah makhluknya yang aku ketahui dan yang belum aku ketahui).

Didalam sebuah khobar –berita dari- Ibnu Maajah (no: 3803) : diterima dari ‘Aisyah, adalah Rosulullah SAW apabila melihat sesuatu yang ia sukai maka beliau bersabda; “AL-HAMDU LILLAHIL-LADZI  BINI’AMIHI TATIMMUS-SHOLIHAATI(segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-nikmatnya semua kebaikan menjadi sempurna) dan apabila beliau melihat sesuatu yang tidak ia sukai maka beliau bersabda; “AL-HAMDULILLAHI ‘ALA KULLI HAAL, ROBBI INNIE A’UDZU BIKA MIN HAALI AHLIN-NAAR” (segala puji bagi Allah atas segala keadaan, Tuhanku sesungguhnya aku berlindung dari keadaan penghuni neraka).
Safinah; DAN KEPADANYA (ALLAH SWT) KAMI MEMOHON PERTOLONGAN ATAS SEGALA PERKARA DUNIA DAN AGAMA
DAN KEPADANYA –ungkapan ini berarti- bukan kepada selainNya. MEMOHON PERTOLONGAN yakni meminta bantuan. Mendahulukan jar majrur –dalam ungkapan safinah ini, bertujuan- untuk memberikan kekhususan makna. ATAS SEGALA PERKARA DUNIA DAN AGAMA; kata “DIEN” –yang diterjemahkan AGAMA- menurut kebahasaan –dalam sastra arab- memiliki makna yang banyak, diantaranya; keta’atan, ibadah, pahala dan perhitungan. –sedangkan- menurut syara’ –AGAMA- adalah –sesuatu yang diterapkan- atas apa yang di syari’atkan oleh Allah SWT melalui lisan NabiNya –yang- merupakan hukum-hukum.

Disebut “DIN yang diartikan AGAMA” karena kita beragama padanya, maksudnya ; kita ber’akidah dan tunduk. AGAMA –didalam bahasa Arab—disebut juga sebagai MILLAH (DIKTE) –dilihat dari aspek bahwa malaikat mendiktekannya, yakni ketika malaikat menyampaikannya kepada Rosulullah SAW, kemudian beliau (Rosulullah) mendiktekannya kepada kita. –AGAMA- disebut juga sebagai SYAR’A atau SYARIE’AH –yang berarti peraturan, undang-undang dan penjelasan- dari sisi bahwasannya Allah memperundangkannya kepada kita, yakni menjelaskannya kepada kita melalui lisan NabiNya SAW.