Ashabul Aikah Kisah Kaum Yang Dihujani Api

Ashabul Aikah Kisah Kaum Yang Dihujani Api  - Sangat banyak pelajaran serta cerita yang dapat kita gali dari Alqur’an, sebab memang Alqur’an berisi kisah-kisah orang terdahulu, baik cerita baik atau cerita jelek.

Di antara kisah-kisah yang ada pada Alqur’an ialah cerita beberapa golongan yang sudah dibinasakan oleh Allah sebab mereka memungkiri utusan-Nya serta lakukan beberapa penyimpangan yang sudah dilarang, di antara golongan itu ialah Ashabul Aikah serta golongan Tubba’.

Ashabul Aikah Kisah  Kaum Yang Dihujani Api

Meskipun sudah dikarunia tanah yang subur dan hidup makmur, namun kaum Madyan enggan menyembah Allah SWT. Nabi Syu'aib pun juga telah mengingatkan, tapi mereka lebih memilih menyembah pohon besar. Akibatnya, azab Allah berupa hujan api datang menimpa mereka.

Kisahnya.

Kisah ini dicuplik dari Ayat Al Qur'an Surat At-Taubah ayat 70.

أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وَأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Artinya:
Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.

Dikisahkan, pada saat itu terdapat suatu kaum yang memiliki wilayah yang subur dan hidup makmur. Kaum tersebut adalah Kaum Madyan. Penduduk Madyan juga terkenal pintar dalam berdagang. Pertanian dan perdagangan yang dilakukan penduduk Madyan membuat mereka hidup makmur. Namun sayang, dalam hal urusan ibadah, mereka meninggalkan ajaran yang pernah diajarkan Nabi Ibrahim a.s untuk menyembah Allah SWT.

Mereka menyembah Al-Aikah, yaitu nama sebatang pohon besar dengan cabang dan rantingnya yang rimbun. Burung-burung pun banyak yang mendatangi pohon yang dikeramatkan penduduk Madyan tersebut. Mereka beranggapan bahwa kemakmuran hidup yang mereka dapatkan adalah kemurahan Al-Aikah, bukan datang dari Allah SWT.

Akhlak Tercela.

Tak hanya itu, akhlak kaum Madyan kian tercela. Mereka membenarkan penipuan, perampokan, bahkan pemerkosaan. Mereka tak lagi punya kejujuran dan hati nurani terhadap sesama manusia.
Al-Aikah sesungguhnya tidak berbeda dengan pohon-pohon lainnya. Burung-burung yang berdatangan dan hinggap di Al-Aikah juga burung-burung biasa. Ia mengoceh karena memang begitulah perilakunya, bukan karena diperintah Al-Aikah.

Kerusakan akhlak dan tauhid yang demikian parah, menyebabkan Allah SWT mengutus Nabi Syu'aib a.s untuk menyadarkan Kaum Madyan. Nabi Syu'aib yang keturunan Nabi Luth dengan suara lantang mengingatkan kekeliruan kaum Madyan tersebut. Nabi Syu'aib menyeru agar penduduk Madyan meninggalkan penyembahan kepada Al-Aikah dan kembali menyembah Allah SWT.

"Ingatlah baik-baik, bukankah kalian dulu hanya berjumlah sedikit? Perhatikanlah baik-baik pula bagaimana akhir hidup bagi orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini. Untuk itu, tinggalkan Al-Aikah dan sembahlah Allah," kata Nabi Syu'aib a.s.
"Kami tidak gentar dengan ancaman tersebut dan tetap akan menyembah Al-Aikah," kata seorang pemimpin Madyan.

Mendapati kekerasan hati dan penolakan penduduk Madyan, Nabi Syu;'aib lantas berdoa kepada Allah SWT,
"Ya Allah, Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan adil, karena Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya," doa Nabi Syu'aib a.s.

Udara Panas.

Nabi Syu'aib beserta pengiktunya bergegas meninggalkan daerah Madyan setelah mendapat kepastian akan segera datang azab. Akhirnya azab Allah kepada penduduk Madyan pun datang. Wilayah Madyan diguncang gempa maha dahsyat. Tidak hanya itu saja, penduduk Madyan didera dengan udara yang panas selama 7 hari 7 malam, panas yang menyengat. Meski mereka telah berusaha sekuat tenaga menanggulangi udara panas itu, usaha mereka tetap gagal.

Tak lama kemudian, muncul awan hitam dari langit. Penduduk Ashabul Aikah bersuka cita karenanya. Namun, ternyata yang datang bukanlah air hujan, melainkan hujan api dan bara yang menyala-nyala. Dalam waktu siingkat saja, seluruh penduduk Madyan mati mengenaskan karena kekafiran serta kemusyrikan mereka kepada Allah SWT.

Masyarakat Aikah sudah mendustakan rasul-rasul; saat Syu’aib berkata pada mereka, "Kenapa kalian tidak bertakwa? Sebenarnya saya ialah seseorang rasul kepercayaan (yang diutus) pada kalian, jadi bertakwalah pada Allah serta taatlah kepadaku; serta saya sesekali tidak meminta gaji pada kalian atas ajakan itu; upahku tidak lainnya hanya dari Tuhan semesta alam. (QS Asy-Syu'ara': 176-180)‎

Menurut opini yang sahih, mereka (masyarakat Aikah) tinggal di negeri Madyan. Nabi Allah Syu'aib ialah salah seseorang dari mereka, serta sebenarnya di sini tidak dijelaskan 'saudara mereka' tanpa lainnya sebab mereka dinisbatkan pada Aikah, nama satu pohon sebagai sembahan mereka. Menurut satu opini, Aikah ialah satu pohon yang teduh dedaunannya sama juga dengan pohon gaidah; mereka menyembah pohon itu. Oleh karena itu dijelaskan oleh firman-Nya:Masyarakat Aikah sudah mendustakan rasul-rasul.(Asy-Syu'ara': 176)

Datangnya azab Allah sebenarnya bukan sebab kemauan Allah menyiksa mereka, tapi semuanya sebab golongan Madyan yang ingin menyiksa dianya serta tidak ingin bertobat. Allah SWT ialah Tuhan Yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang.

Golongan Tubba’ 

Seperti Ashabul Aikah, riwayat golongan Tubba’ pun jarang sekali dikupas, sedikit diketemukan di dalam kitab-kitab riwayat mengenai siapa sebetulnya golongan Tubba’.
Tubba’ ialah satu titel buat raja-raja Himyar di Yaman. Himyar, pada aslinya ialah suku terpenting di kerajaan Saba’ kuno, di barat laut Arabia. Lalu, jadi beberapa penguasa yang kuat dari Arabia Selatan seputar 115 SM sampai 525 M. Orang Himyar terkonsentrasi di ruang yang diketahui menjadi Dzu Raidan (lalu dimaksud Qataban) di pesisir Yaman saat ini.

Mungkin mereka dibantu dalam penggulingan raja-raja Saba’ yang kehilangan kedudukannya menjadi pusat perdagangan lewat jalan darat. Orang Himyar (yang diketahui dii dunia classic menjadi orang Homerit) mewarisi bahasa serta kebudayaan Saba’,serta dari ibu kotanya di zhafar kekuasaan mereka terkadang sampai ke teluk Persia di timur serta sampai ke gurun Arabia di utara.

Pada awal era ke empat, ibu kota Himyar dipindahkan ke Shan’a, lalu di era itu ikut Nasrani serta Yahudi mendapatkan pijakan kuat disana. Kericuhan dalam negeri serta pergantian rute perdagangan mengakibatkan kerajaan itu turun serta di tahun 525 M sesudah beberapa usaha yang tidak berhasil, beberapa penyerbu dari Ethiopia menumpas Himyar. Seseorang Himyar lari meminta pertolongan ke Persia yang mengakibatkan Persia kuasai lokasi itu di tahun 575 M.

Oleh karenanya, rakyatnya dikatakan sebagai bangsa Tababi’ah. Rajanya yang sangat agung ialah Hassan bin As’ad bin Abi Karab. Raja berikut yang sukses lakukan ekspansi kerajaannya mengarah utara sampai sampai Syam serta mengarah timur sampai sampai negeri Turkistan serta masuk Samarkand.

Kerajaan Tubba’ jadikan dua kota penting, yakni Ma’arib (tempat bendungan yang tersohor) serta Dzhafar menjadi ibu kotanya. Raja Tubba’ ini diketahui menjadi orang yang pertama-tama hiasi Ka’bah.

Seperti Ashabul Aikah, golongan Tubba’ ikut disiksa oleh Allah karena mereka benyak melakukan perbuatan dosa serta mendustakan beberapa Rasul sampai selanjutnya golongan Tubba’ ikut dibinasakan oleh Allah akibatnya karena kesombongan mereka.

Firman-Nya
إِنَّ هَؤُلاءِ لَيَقُولُونَ (34) إِنْ هِيَ إِلا مَوْتَتُنَا الأولَى وَمَا نَحْنُ بِمُنْشَرِينَ (35) فَأْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (36) أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ أَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (37) 
Sesungguhnya mereka (kaum musyrik) itu benar-benar berkata, "Tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan, maka datangkanlah (kembali)bapak-bapak kami jika kamu memang orang-orang yang benar.” Apakah mereka (kaum musyrik) yang lebih baik ataukah kaum Tubba' dan orang-orang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa. (QS Ad-Dukhon Ayat 34-37)
Allah Swt. memungkiri tindakan beberapa orang musyrik yang ingkar pada hari berbangkit serta hari lalu. Mereka berkeyakinan jika tanpa kehidupan itu tetapi cuma kehidupan dalam dunia ini, serta tanpa kehidupan kembali setelah mati, tanpa hari berbangkit, serta tanpa hari pembalasan. Mereka menjelaskan demikian dengan beralasan bapak moyang mereka sudah tanpa, nyatanya mereka tidak balik lagi, apabila hari berbangkit itu benar,

{فَأْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
maka datangkanlah (kembali) bapak-bapak kami jika kamu memang orang-orang yang benar. (Ad-Dukhan: 36)

Ini ialah fakta yang batil serta alibi yang kalut dan tidak benar, sebab sebenarnya hari berbangkit itu cuma berlangsung di hari kiamat serta bukan di kehidupan dunia, bahkan juga berlangsung hari berbangkit itu malah setelah umur dunia habis serta amblas, lantas Allah mengulang penciptaan mereka dalam ciptaan yang baru. Serta ia jadikan beberapa orang yang zalim untuk menempati neraka Jahanam menjadi umpannya. Perihal ini berlangsung pada hari saat kamu sekalipun jadi saksi atas umat manusia serta Rasul juga jadi saksi atas kalian.

Lalu Allah Swt. meneror mereka serta mengingatkan mereka pada azab-Nya yang tidak bisa tidak diterima, seperti yang sudah menerpa beberapa orang yang sama dengan mereka di waktu dulu dari kelompok beberapa orang yang mempersekutukan Allah kembali ingkar pada hari berbangkit.

Menjadi perumpamaannya adalah golongan Tubba, yakni golongan Saba', Allah sudah memusnahkan mereka, mengakibatkan kerusakan negeri mereka, dan jadikan mereka bercerai berai di beberapa negeri di luar negeri mereka, seperti yang sudah diterangkan di tafsiran surat Saba'. Mereka ialah golongan musyrik yang sebelumnya ingkar pada terdapatnya hari lalu.

Demikian juga dalam surat Ad-Dukhan ini, beberapa orang musyrik diserupakan dengan golongan Tubba'; serta mereka juga dahulunya ialah beberapa orang Arab dari Qahtan, seperti beberapa orang musyrik Mekah juga ialah beberapa orang Arab dari 'Adnan.

Dulu beberapa orang Himyar (yaitu golongan Saba') jika mengusung seseorang raja buat mereka, mereka menyebutnya dengan titel Tubba', seperti disebutkan Kisra buat Raja Persia, Kaisar buat Raja Romawi, Fir’aun buat Raja Mesir, Negus buat Raja Habsyah, serta julukan-julukan yang lain yang laku di kelompok setiap bangsa.

Tapi sudah disetujui di kelompok pakar riwayat jika beberapa dari beberapa Tubba' ada yang keluar dari negeri Yaman serta menelusuri beberapa negeri sampai hingga di Samarkand. Di tanah pengembaraan dia membangun kerajaan sampai kerajaannya kuat serta pengaruhnya besar, begitupun bala tentaranya, kerajaannya luas, serta rakyatnya banyak. Dialah yang bangun kota Hirah.

Sudah disetujui juga jika ia dalam perjalanannya lewat kota Madinah, yang perihal ini berlangsung di waktu Jahiliah. Lantas dia punya maksud akan memerangi penduduknya, tapi masyarakat Madinah menjaga dianya serta memerangi mereka di siang hari, sedang pada malam harinya masyarakat Madinah melayani mereka. Pada akhirnya raja itu malu pada masyarakat Madinah serta pada akhirnya ia tak akan memerangi mereka.

Raja itu membawa juga dua orang pendeta Yahudi yang sempat menasehatinya, kedua-duanya bercerita pada rajanya jika tanpa langkah baginya untuk mengalahkan kota Madinah ini, sebab sebenarnya kota ini nantinya akan jadikan tempat pindah nabi akhir jaman. Jadi si raja melanjutkan perjalanannya, serta membawa serta'kedua pendeta Yahudi itu ke negeri Yaman.

Saat raja itu melalui Mekah, dia berkehendak akan merobohkan Ka'bah, tapi ke-2 pendeta Yahudi itu melarangnya melakukan tujuannya itu. Kedua-duanya bercerita padanya kebesaran dari Ka'bah itu, jika Ka'bah itu dibuat oleh Ibrahim kekasih Allah, serta nantinya di masa yang akan datang Ka'bah akan memiliki posisi yang besar di waktu nabi yang akan diutus diakhir jaman kelak.

Pada akhirnya si Raja itu menghormatinya, serta lakukan tawaf di sekitarnya serta memberikannya kain kelambu, hadiah-hadiah, serta beberapa jenis baju. Lalu dia kembali melanjutkan perjalanannya ke arah negeri Yaman, ia menyeru masyarakat Yaman untuk beragama Yahudi sama juga dengan dianya. Di waktu itu agama yang menyebar ialah agama nabi Musa a.s. Di negeri Yaman ada beberapa orang yang mendapatkan hidayah sebelum Al-Masih diutus. Pada akhirnya beberapa masyarakat Yaman masuk agama Yahudi ikuti jejak rajanya.

Cerita ini dengan panjang lebar dikisahkan oleh Imam Muhamad Ibnu Ishaq di Kitabus Sirah-nya. Al-Hafiz Ibnu Asakir sudah mengetengahkan biografi raja ini di kitab tarikhnya. Banyak momen yang dikemukakan olehnya, beberapa salah satunya seperti yang sudah dijelaskan diatas serta beberapa yang lain yang tidak kami katakan. Ibnu Asakir menjelaskan jika raja itu ialah Raja Dimasyq. Dijelaskan jika jika mengecek kudanya, jadi dibariskan untuk dia kuda-kuda dari kota Dimasyq sampai ke Yaman.

"مَا أَدْرِي الْحُدُودُ طَهَّارَةٌ لِأَهْلِهَا أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي تُبَّعٌ لَعِينًا كَانَ أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي ذُو الْقَرْنَيْنِ نَبِيًّا كَانَ أَمْ مَلِكًا؟ " وَقَالَ غَيْرُهُ: "أَعُزَيْرًا كَانَ نَبِيًّا أَمْ لَا؟ ".
Aku tidak mengetahui apakah hukuman had itu dapat membersihkan pelakunya (dari dosa yang dilakukannya) ataukah tidak? Dan aku tidak mengetahui apakah Tubba' itu dikutuk ataukah tidak; dan aku tidak mengetahui apakah Zul Qarnain; itu seorang nabi ataukah seorang raja?Dan di dalam riwayat lain disebutkan: (Aku tidak mengetahui) apakah Uzair itu seorang nabi ataukah bukan?
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Muhammad Ibnu Hamma Az-Zahrani, dari Abdur Razzaq.
Ad-Daruqutni mengatakan bahwa Abdur Razzaq meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Kemudian Ibnu Asakir meriwayatkan melalui jalur Muhammad ibnu Kuraib, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas r.a. secara marfu':
"عُزيرُ لَا أَدْرِي أَنَبِيًّا كَانَ أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي أَلَعِينٌ تُبَّع أَمْ لَا؟ "
Aku tidak tahu, apakah Uzair seorang nabi ataukah bukan? Dan aku tidak tahu apakah Tubba' seorang yang dilaknat ataukah bukan ?
Lalu Ibnu Asakir mengetengahkan kisah yang melarang mencaci serta melaknat Tubba', seperti yang akan diterangkan lalu, Insya Allah. Seolah-olah —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— sebelumnya Tubba' kafir, lantas masuk Islam serta ikuti agama Musa a.s. di tangan pendeta-pendeta Yahudi di waktu itu yang ada pada jalan kebenaran sebelum Al-Masih diutus. Tubba' ini sudah sempat berhaji ke Baitullah di waktu beberapa orang Jurhum, serta memberikannya kain kelambu dari sutra serta kain hibarah dan menyembelih kurban di dekatnya sekitar enam ribu ekor unta; Tubba' ini menghargai serta memuliakan Ka'bah (Baitullah). Setelah itu dia kembali pada negeri Yaman.

Al-Hafiz Ibnu Asakir sudah mengetengahkan kisahnya dengan panjang lebar lewat beberapa jalan dari Ubay ibnu Ka'b, Abdullah ibnu Salam, serta Abdullah ibnu Abbas r.a. ikut Ka'bul Ahbar.

Cerita ini memang bersumber dari Ka'bul Ahbar ikut dari Abdullah ibnu Salam yang predikatnya tambah lebih kuat, semakin besar, serta lebih 'alim. Serta hal sama sudah diriwayatkan juga cerita mengenainya oleh Wahb ibnu Munabbih serta Muhammad ibnu Ishaq di kitab Sirah-nya,seperti yang sudah kita kenal.

Tapi Al-Hafiz Ibnu Asakir pada beberapa kerangka yang dikemukakannya berkenaan dengan autobiografi Tubba' alami dikit kericuhan sebab digabung dengan autobiografi orang yang hadir selanjutnya (Tubba') dalam waktu yang lumayan lama. Sebab sebenarnya Tubba' yang disyaratkan di Al-Qur'an ini kaumnya masuk Islam di tangannya, setelah dia meninggal dunia kaumnya kembali pada kesesatan, yakni menyembah berhala serta api. Jadi Allah mengazab mereka, seperti yang dijelaskan d"i dalam tafsiran surat Saba*'. Kami sudah bercerita kisahnya dengan panjang lebar dalam tafsiran surat itu.

Sa’id ibnu Jubair menjelaskan jika Tubba' sudah memberikan kelambu pada Ka'bah serta Sa'id ibnu Jubair melarang beberapa orang mencaci Tubba'. Tubba' yang ini ialah Tubba' yang pertengahan, nama aslinya ialah As'ad alias Abu Kuraib ibnu Malyakrib Al-Yamani. Beberapa pakar riwayat mengatakan jika ia jadi raja kaumnya saat tiga ratus dua puluh enam tahun; tanpa seseorang raja juga di Himyar yang waktu pemerintahannya lebih lama dibanding ia. Ia wafat sebelum Nabi Saw. diutus dalam kurun waktu tujuh ratus tahun awal mulanya.

Beberapa pakar riwayat bercerita jika saat dua rabi Yahudi Madinah itu bercerita pada Tubba' jika negeri ini (yaitu Madinah) nantinya bisa menjadi tempat pindah nabi akhir jaman yang bernama Ahmad. Jadi Tubba' membuat sya'ir tentang hal itu untuk masyarakat Madinah, serta mereka melestarikannya dengan meriwayatkannya dengan turun-temurun, generasi untuk genarasi, dari pendahulu mereka pada generasi selanjutnya. Serta termasuk juga orang yang ingat syair itu ialah Abu Ayyub Khalid ibnu Zaid yang tempat tinggalnya digunakan untuk tempat Rasulullah Saw.