Ketuluasan Sawad Berujung Keistimewaan Dari Allah SWT

Sawad bin Ghaziyyah RA adalah salah seorang Ahlul Badar, dan termasuk dari sedikit sahabat yang menemui ajal mulia sebagai syahid di medan Perang Badar itu. Pada saat sedang melakukan persiapan pasukan untuk bertempur di Badar, Nabi SAW mengatur barisan dan meluruskannya, hal itu sama seperti ketika Rosulullah meluruskan shaf-shaf ketika akan melangsungkan shalat.

Ketuluasan Sawad Berujung Keistimewaan Dari Allah SWT


Saat tiba di tempat Sawad, Rosulullah mendapati kalau posisi sahabatnya itu agar sedeikit bergeser dari posisi yang seharusnya dan tidak lurus dengan anggota pasukan lainnya. Beliau memukul perut Sawad dengan anak panah sambil bersabda, "Luruskan barisanmu, wahai Sawad!"

Namun, tanpa diduga oleh seorang sahabatpun, tiba-tiba Sawad angkat bicara, "Wahai Rasulullah, engkau telah menyakitiku, maka berilah kesempatan kepadaku untuk membalasmu (meng-qishash-mu)!"

Para sahabat sangat terkejut, dan sebagian besar dari mereka terpancing dan marah besar dengan ucapan Sawad itu, tak terkecuali Sahabat Umar bin Khaththab. Rosulullah SAW sendiri sebenarnya sangat terkejut dengan sikapnya itu, tetapi beliau tetap menenangkan mereka. Sambil menyerahkan anak panah yang dipakai memukul sawad, Rosulullah bersabda, "Kalau begitu, balaslah wahai Sawad!"

Sambil menerima anak panah dari tangan Nabi SAW, Sawad berkata, "Wahai Rasulullah, engkau memukulku di perut yang tidak tertutup kain, karena itu singkapkanlah baju baginda!"

Hal itu tentu saja membuat para sahabat semakin marah. mereka sepakat bahwa sikap dan kemauan Sawad ini adalah tidak pantas dari seorang sahabat kepada Nabinya. Tetapi Nabi SAW tetap menenangkan mereka dan memenuhi permintaan Sawad.

Setelah beliau menyingkapkan bajunya, Sawad segera melemparkan anak panah tersebut dan memeluk perut Nabi SAW dengan erat sambil menangis bahagia, sekaligus meminta maaf kepada Rosulullah. Sekali lagi Nabi SAW dibuat terkejut dengan tindakan Sawad yang tidak tersangka-sangka ini. Beliau berkata, "Apa yang kamu lakukan ini, Sawad?..."

Sawad berkata, "Inilah yang aku inginkan, ya Rasulullah, telah lama aku berharap kulitku yang hina ini bisa bersentuhan dengan kulit engkau yang mulia, dan aku bersyukur bisa melakukannya, semoga ini menjadi saat-saat terakhir dalam hidupku bersamamu ya Rosulullah!"

Nabi SAW pun tersenyum mendengar jawaban Sawad ini, karena apa yang dilakukannya adalah ekspresi kecintaannya yang dalam dan tulus kepada Nabi SAW. Segera saja beliau mendoakannya dengan kebaikan dan ampunan bagi Sawad.

Pada saat pertempuran mulai berkobar, Sawad pun segera menembus ke barisan kaum musyrikin yang jumlahnya jauh lebih besar, yakni lebih dari tiga kali lipat banyaknya. Dengan semangat jihad yang begitu tinggi menggelora dan keinginan untuk mencapai syahid di jalan Allah, ia menyerang musuh tanpa dihinggapi rasa takut sedikitpun.

Setalah sekujur tubuhnya di penuhi dengan bekas tikaman dan sayatan pedang musuh, ternyata tidak membuatnya langsung menghentikan langkah untuk menghadang serangan dari kaum musyrikin. Sawad baru berhenti dari laju serbunya ketika kakinya tidak lagi mampu menahan berat tubuh, lengannya tak lagi mampu menggerakkan pedang akibat terlalu banyaknya darah yang mengucur dari tubuhnya.

Saat itu, mulut Sawad terlihat merekahkan senyuman, tubuhnya ambruk ke pangkuan tanah dan menggeletak seakan ia sedang merebahkan dirinya dipelaminan yang mewah. Perjuangan yang tulus itu telah membuat ruhnya langsung disambut para malaikat dan mengantarnya ke hadirat Allah.

Dari kisah sahabat yang istimewa ini kita bisa belajar, bahwa perjuangan membela agama Allah itu adalah perjuangan yang tiada tara balasan kebaikannya. Oleh karenanya, kita dizaman ini, yang jauh dari zaman Rosulullah, sepantasnya meniru perjuangan para sahabat yang gigih dan penuh dengan keberanian ini.

Bila dulu perujuangan membela agama ini harus dengan mengucurkan darah bahkan dengan melepaskannya nyawa, maka perjuangan disaat ini adalah bagai mana ajaran Nabi ini bisa di implementasikan kedalam kehidupan sehari-hari dan membuat agama yang dirihai oleh Allah ini tetap memiliki ruang dan waktu untuk menunjukan orang-orang yang belum berlabu kejalan hidah. wallahu a'lam bish showab.