Kebahagiaan itu Kini Kembali Dirasakan

Kebahagiaan itu Kini Kembali Dirasakan -  ini adalah secuil kisah hikmah untuk memotivasi hidup kita dizaman modern dan serba canggih ini. Dimana orang-orang sudah berbondong-bondong mengejar dunia dan hampir lupa dengan akhir dari kehidupan yang mereka jalankan ini.

Sebagai manusia yang meyakini adanya kehidupan setelah kematian, maka kehidupan ini harus dimaksimalkan untuk membuat dan membangun segala kemanfaatan yang bisa ditinggalkan sekaligus sebagai bekal untuk perjalanan dikehidupan selanjutnya.

Kebahagiaan itu Kini Kembali Dirasakan

Suatu hari, seorang pemuda mendatangiku. Saya memperhatikn wajahnyaa dan nampaklah sebuah wajah yg gelap. Saya bertanyaa tentang hajatnyaa, tetapi dia hanyaa diam saja. Saya ulangi pertanyaaanku dan dia masih tidak mau berbicara. Saya memandang lebih dekat kepadanyaa, ternyaata air mata menetes dari kedua matanyaa. Saya bertanyaa, “Apa yg membuatmu menangis?”

Dia berkata, “Saya tidak mampu lagi bernafas karena kesempitan yg saya rasakn dan kejenuhan. Demi Allah, wahai Ustadz, seakn-akn di dadsaya ada sebuah gunung yg menindih dan menutup pernapasanku… Saya tidak mampu lagi bergaul dengan manusdia, teman, bahkn dengan ibu, ayah dan saudara-saudarsaya… Saya tidak mampu lagi duduk bersama-sama mereka… Tertawa saya hanyaalah basa basi, dan kegembiraanku hanyalah sesuatu yg dibuat-buat… Saya datang kepadamu agar engkau menyembuhkn saya dengan ruqyah… Atau engkau tunjukkn pada saya orang yg bisa meruqyah…”

Saya bertanyaa, “Kesempitan yg Kamu rasakn pastilah memiliki sebab. Apakah sebabnyaa?”

Dia menjawab, “Saya tidak tahu..”

Saya bertanyaa, “Bagaimana hubunganmu dengan Rabb-mu?”

Dia menjawab, “Buruk!… Tolong dengarkn kisahku…”

Saya berkata, “Ceritaknlah!”

Anak muda itu pun bercerita, “Saat umurku 14 tahun, ayahku pergi ke Amerika untuk melanjutkn pendidiknnyaa dan saya ikut bersamanyaa. Ayahku melalaikn diriku dan membiarkn saya hidup diantara diskotik dan pusat-pusat perbelanjaan di umurku yg masih sangat belia.

Ketika ayahku menyelesaikn studinyaa selama 2 tahun, kami pun kembali ke Riyadh. Saya menuntut supaya dia mengembaliknku ke Amerika untuk melanjutkn studiku tapi dia menolaknyaa. Akhirnyaa saya belajar di kelas 3 SMA dan saya sengaja untuk tidak lulus dalam semua pelajaranku. Saya mengulanginyaa lagi setahun dan sengaja lagi untuk tidak lulus. Saya ulangi untuk tahun yg ketiga, dan dengan sengaja saya berusaha untuk tidak lulus. Setelah ayahku melihat hal itu, dia mengirimku kembali ke Amerika. Mestinyaa, saya bisa menyelesaikn studiku dalam 4 tahun, tetapi ternyaata saya menyelesaiknnyaa dalam 9 tahun!!

Tidak tersisa maksdiat di muka bumi ini, melainkn saya pernah melsayaknnyaa di sana. Karena dahulu saya ingin bersenang-senang dengan keremajaanku selagi saya mampu…

Kemudian saya kembali ke Riyadh dan mulai belajar di kampus. Saya masih saja melsayakn dosa-dosa besar maupun kecil, akn tetapi, kesempitan ini… dia mulai menutupi nafasku… menyempitkn hidupku… Saya bosan dengan segala hal… Segala sesuatunyaa pernah saya coba… Akn tetapi kejenuhan itu masih saja bersamsaya…”

Dia mengucapkn seluruh perkataannyaa dengan tangisan…

Saya bertanyaa, “Apakah engkau masih shalat?”

Dia menjawab, “Tidak.”

Saya berkata, “Penyembuhan pertama untuk kesempitan ini adalah memperbaiki hubunganmu dengan Dzat, yg hatimu berada di Tangan-Nyaa, Dia membolak-balikknnyaa sesuai dengan kehendak-Nyaa… Jagalah selalu shalatmu di masjid, dan perjanjdianku denganmu adalah setelah 7 hari nanti.”

Hari-hari pun berlalu. Setelah sepekn, pemuda itu datang dengan wajah yg berbeda. Pertama kali melihatku, dia langsung memelukku dan berkata, “Jazakallahu khairan… Demi Allah, ya Ustadz, saya berada dalam kebahagdiaan yg tidak pernah saya rasakn lagi sejak 9 tahun lalu…”

Saya bertanyaa kepadanyaa tentang kesempitan, kejenuhan dan kegelisahannyaa? Ternyaata, seluruhnyaa telah hilang dari dirinyaa…
Benarlah Allah dalam firman-Nyaa (artinyaa) :

“Dan barang sdiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akn menjalani kehidupn yg sempit, dan Kami akn mengumpulknnyaa pada hari kdiamat dalam keadaan buta.

Dia berkata, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkn saya dalam keadaan buta, padahal dahulu saya dapat melihat?’

Dia (Allah) berfirman, ‘Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaiknnyaa, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikn.’

Dan demikdianlah Kami membalas orang yg melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannyaa. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.”

Baca juga : Sawad bin Ghaziyyah RA

Itulah pelajaran yang sangat berharga buat kita yang hidup dizaman ini. Modernisasi tidak berarti melupakan nilai-nilai agama yang telah ditetapkan untuk kehidupan manusia. Munculnya tekhnologi yang termutakhirkan, tidak menjadi alasan bahwa nilai agama ini memudar.