Akibat Terlalu Banyak Menilai Orang Lain

Salam santuy Sahabat... Banyak orang yang depresi akibat terlalu banyak menilai orang lain. Sibuk menggunjing kekurangan orang lain bukanlah kebiasaan yang baik untuk setiap orang.

Oiya.. aku ingat isi sebuah pengajian dikampungku yang menceritakan satu hikayat yang terjadi dimasa lalu mengenai seorang pemuda yang kebingungan dengan fakta kehidupan yang dia jumpai.

Gambar ilustrasi perenungan diri

Suatu ketika pemuda itu mendatangi gurunya dengan membawa segudang pertanyaan mengenai fenomena kehidupan yang terjadi disekitar kehidupannya.

Dari sekian banyak pertanyaan yang dia bawa, akhirnya dia memutuskan untuk menanyakan keunggulan antara rajin ibadah dengan akhlak buruk atau ibadah biasa saja tetapi perangainya sangat baik pada sesama!

"Wahai Guruku," sapa pemuda itu sampai lanjut bertanya; "Manakah yang lebih baik, Muslim yang rajin ibadah tetapi akhlaknya buruk ataukah muslim yang tak beribadah tetapi sangat baik perangainya pada sesama?"

Namanya orang yang 'alim Sob, mendapati pertanyaan itu, sang guru tidaklah kaget, dia sangat paham dengan kondisi pemikiran yang sedang melanda pemuda itu.

Kemudian sambil tersenyum, sang gurupun memberikan jawaban yang tidak diduga sama sekali oleh sipemuda tadi; "Subhanallah, keduanya baik,"

Mendengar jawaban dari gurunya itu, sipemuda sangat kaget, karena dia menduga gurunya akan memberikan jawaban yang panjang dan bertele-tele disertai dalil-dali syari'at yang panjang!

Dalam kondisi yang sedang kaget itu sipemuda lanjut bertanya; "Mengapa bisa begitu?" dengan penuh penasaran.

Dengan penuh ketenangan sang gurupun memberikan jawaban singkat dan sederhana;
"Karena, bisa jadi, orang yang rajin beribadah itu kelak akan dibimbing oleh Allah untuk berakhlak mulia karena ibadahnya. Dan bisa jadi pula, orang yang baik perilakunya itu kelak akan dibimbing Allah untuk taat kepadaNya karena kebaikan prilakunya."

Mendengar jawaban itu membuat sipemuda terpekur, dalam hatinya bergumam "memang benar dan masuk akal" kemudian dia lanjut menanyakan kepada gurunya; "Jadi siapa yang lebih buruk, guru?" desak si pemuda.

Mendengar pertanyaan ini, sang guru benar-benar menjadi berbinar matanya, seakan sedang mendapatkan peristiwa yang membuat hatinya sedih.

Tak lama kemudian, dipipi sang guru air mata mengalir deras berjatuhan hingga membasahi bagian dari bajunya.

Sambi tersedu-sedu, sang gurupun memberikan jawaban kepada pemuda itu! "Kita anakku," ujar sang guru.
"Kitalah yang layak disebut buruk, sebab kita sangat suka menghabiskan waktu untuk menilai orang lain sementara kepada diri sendiri kita sering lupa."

Tangisan sang guru semakin menjadi, sambil terisak dia melanjutkan perkataannya;
"Padahal kita akan dihadapkan kepada Allah dan akan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain."

Dari cerita hikayat diatas, kita bisa mengambil pelajaran bahwa; akibat terlalu banyak menilai orang lain, seseorang akan sering lupa kepada dirinya sendiri.

Orang yang lupa diri akan sering kehilangan potensi hebat didalam dirinya, dia akan kehilangan banyak kesempatan yang baik yang ada dihadapannya.

Sering kali kegagalan hidup melanda seseorang, karena dia tidak fokus kepada diri sendiri, tetapi terlalu sering menjadi penonton bahkan memberikan penilaian kepada orang lain, sementara dia tidak tahu apa-apa mengenai kemampuan yang dimiliki dirinya.

Jadi, untuk para sahabat, yuk sejak saat ini, kita mulai fokus melihat diri dari sisi kekurang dan keistimewaannya.

Bila mendapati kekurangan, berarti kita fokus memperbaiki segala hal yang kurang dari diri kita. Bila mendapati hal istimewa, maka kita fokus mengembangkannya.

Ikuti terus postingan - postingan berikutnya di blog ini ya sob!